NEWS UPDATE :  

Berita

Best Practice: Cipta Kelompok Kerja - Cipta Kelompok Usaha (CIPOK-CIUS)

Penulis: Joko Sutopo

(Disajikan Untuk Kompetisi Best Practice Hari Guru Nasional Tahun 2023 Di Jakarta) 

Best Practice - Menjadi hal yang biasa ketika sekolah di Kota memiliki 90% lebih siswanya bisa melanjutkan ke Perguruan Tinggi. Sebab dukungan lingkungan sekitar yang tinggi juga faktor ekonomi orang tua. Bagaimana dengan sekolah pinggiran yang terletak di atas bukit karst dibalut dengan lebatnya hutan jati seperti SMAN 1 Montong?. Sekolah yang selalu dipersepsikan sebagai “pencetak” 85% pengangguran setiap tahunnya.  

Sebagai guru yang sekaligus wakil kepala sekolah bidang kurikulum memiliki angan-angan bagaimana sekolah pinggiran seperti SMAN 1 Montong oleh masyarakat sekitar (orang tua murid), tidak dipersepsikan sebagai sekolah penghasil pengangguran. Siswa dapat mandiri memiliki pekerjaan sendiri maupun keterampilan berwirausaha terutama bagi 85%  lebih siswa yang tidak melanjutkan ke perguruan tinggi.

Dari hasil asesmen minat dan bakat, ternyata kurang dari 15% siswa yang ingin melanjutkan ke perguruan tinggi. Sedangkan 85% siswa SMAN 1 Montong ingin memiliki usaha atau pekerjaan. Didukung orang tua yang berharap anak-anaknya lulus SMA sudah memiliki penghasilan sendiri agar beban biaya sekolah berkurang. Tentu ini akan menjadi masalah dimata orang tua dan dimasyarakat. Kerjasama seperti apa yang harus saya bangun hanya dengan modal siswa SMA di pinggiran yang jauh dari hingar bingar aktivitas kota. 

Saya mencari cara bagaimana keinginan siswa yang ingin bekerja atau memiliki usaha ini terwujud. Sehingga secara nyata dapat berdampak dalam mewujudkan keinginannya. Sebagai fasilitator, saya berkolaborasi dengan tim di sekolah (waka, guru, orang tua murid/komite dan kepala sekolah). Selanjutnya membuat program cipta kelompok kerja-cipta usaha dengan memberikan keterampilan dengan topik sesuai minat dan bakat antara lain Tata Boga (Pastry & Bakery) dan Desain Grafis yang dilakukan diluar jam pelajaran setiap hari Jumat sore dan Sabtu selama 1 Tahun di kelas XI. Membuat MoU dengan dunia usaha dan dunia industri. Kemudian memberi kesempatan siswa untuk Praktek Kerja Lapangan (PKL) di saat libur semester. Siswa dibimbing oleh trainer bersertifikasi untuk mendapat keterampilan dan mendirikan usaha-kerja secara mandiri. Di Tahun berikutnya kemudian kerjasama dengan ITS dan Dinas Pendidikan Provinsi Jatim untuk uji sertifikasi peserta Cipok-Cius. Lalu program ini menjadi Program SMA Double Track.

Meski belum optimal, siswa telah merasakan hasil dari keterampilan yang dipelajari, usaha/pekerjaan yang didapatkan telah memiliki income yang baik. Orang tua juga turut memberikan testimoni bahwa anak-anak mereka telah memiliki usaha/pekerjaan baik secara online maupun konvensional. Siswa memanfaatkan handphone miliknya untuk membuat toko online, seperti pesan antar (COD) dengan omset yang tinggi. SMAN 1 Montong menjadi sekolah pilihan masyarakat. dengan tagline “the right choice for your education”.[js]