
Gerbang Baru Nusantara: Integrasi Sejarah, Budaya, dan Ekonomi Jawa Timur
Opini - Perpindahan Ibu Kota Negara (IKN) ke Nusantara di Kalimantan Timur membawa konsekuensi logis berupa pergeseran gravitasi ekonomi dan logistik nasional. Di tengah dinamika ini, Jawa Timur berdiri tegak, bukan hanya sebagai sebuah provinsi di Pulau Jawa, melainkan sebagai Gerbang Baru Nusantara. Sebuah narasi besar tentang integrasi sejarah, budaya, dan ekonomi yang berpadu, berlandaskan warisan peradaban, potensi alam, serta daya manusia yang melimpah.
Surya Majapahit sebagai ikon gerbang baru nusantara yang merepresentasikan semangat pembangunan yang berakar pada identitas historis Jawa Timur. Majapahit, kerajaan maritim yang pernah menguasai jalur perdagangan nusantara, memberi inspirasi tentang persatuan, kemandirian, dan kejayaan maritim. Kini, Jawa Timur diharapkan kembali menjadi pusat konektivitas, orkestrator ekonomi, sekaligus simpul persatuan yang menjembatani barat dan timur Indonesia. Gerbang baru ini adalah titik temu, di mana kejayaan masa lalu bertemu dengan visi masa depan bangsa.
Peran Jawa Timur sebagai hub utama ditopang infrastruktur strategis. Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya adalah simpul logistik vital, diperkuat jaringan tol laut yang menghubungkan berbagai jalur perdagangan. Rencana pengembangan Eastern Commodity Exchange di Surabaya dan Gresik menambah daya saing. Dengan dukungan sistem berbasis kecerdasan buatan (AI) dan Warehouse Receipt System, efisiensi, transparansi, dan kecepatan distribusi menjadi kunci menjadikan Jawa Timur pusat logistik modern yang andal.
Selain logistik, Jawa Timur diproyeksikan sebagai episentrum pertumbuhan ekonomi baru. Fokus pembangunan tidak hanya pada industri manufaktur, tetapi juga pada sektor agrikultur, agribisnis, dan ekonomi biru. Sebagai lumbung pangan nasional, Jawa Timur berperan penting dalam menopang ketahanan pangan Indonesia. Produksi padi, jagung, tebu, dan hasil laut menjadikan provinsi ini penopang vital kebutuhan domestik. Kemampuan mengadopsi teknologi pengolahan, pertanian presisi, dan hilirisasi produk menjadikannya motor pertumbuhan yang berkelanjutan.
Kolaborasi Lintas Sektoral sebagai Pilar
Visi besar ini mustahil terwujud tanpa kolaborasi lintas sektor. Seperti ditekankan Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, inovasi birokrasi, sinergi dengan BUMD, UMKM, koperasi, perbankan, serta investor adalah kunci utama. Pemerintah provinsi tidak cukup hanya sebagai regulator, tetapi juga fasilitator ekosistem bisnis yang inklusif. Perubahan paradigma dari seluruh elemen, termasuk saya sebagai ASN dan warga Jawa Timur, sangat dibutuhkan agar visi ini membumi.
BUMD dan perbankan diarahkan memimpin proyek strategis yang menopang infrastruktur dan industri. UMKM serta koperasi menjadi tulang punggung ekonomi rakyat dengan dukungan akses permodalan, pelatihan, hingga digitalisasi pemasaran. Kolaborasi ini diperluas melalui kawasan ekonomi khusus (KEK), industri maritim, dan optimalisasi manufaktur. Pertumbuhan pun diharapkan merata, bukan hanya di perkotaan tetapi juga pedesaan.
Pertanian, Kelautan, dan Sumber Daya
Sebagai provinsi agraris-maritim, Jawa Timur mengandalkan kekuatan darat dan laut. Di sektor pertanian, modernisasi seperti irigasi cerdas, pertanian presisi, dan hilirisasi produk menjadi agenda utama. Di kelautan, Jawa Timur memaksimalkan potensi perikanan tangkap dan budidaya. Pengembangan pelabuhan perikanan, pengelolaan berkelanjutan, serta hilirisasi hasil laut memperkuat ekonomi biru sebuah konsep pemanfaatan sumber daya pesisir tanpa merusak ekosistem. Dengan cara ini, ketahanan pangan berjalan seiring dengan keberlanjutan lingkungan.
Sumber daya tambang dan energi juga mendapat perhatian. Pengelolaan tambang yang berkelanjutan penting agar manfaatnya dirasakan tanpa merusak alam. Sinergi dengan swasta dalam pengembangan energi terbarukan dan transportasi modern akan memperkuat daya saing Jawa Timur sebagai gerbang modern Nusantara.
Budaya, Pendidikan, dan Talenta
Tidak ada pembangunan yang kokoh tanpa fondasi budaya dan pendidikan. Surya Majapahit tidak hanya hadir dalam arsitektur, tetapi juga harus hidup dalam kesadaran generasi muda. Pelestarian situs sejarah, seni, dan tradisi lokal adalah modal pariwisata budaya yang mampu bersaing global. Pemerintah, budayawan, dan komunitas lokal perlu bekerja sama menjadikan budaya sebagai kekuatan ekonomi kreatif.
Di bidang pendidikan, kolaborasi dengan universitas, lembaga vokasi, dan dunia industri sangat vital. Jawa Timur menyiapkan talenta siap pakai sesuai kebutuhan global. Program magang, riset bersama, hingga kurikulum adaptif berbasis teknologi digital seperti AI, Big Data, dan IoT adalah strategi utama. Dengan demikian, Jawa Timur unggul bukan hanya karena letak geografis, tetapi juga karena kualitas sumber daya manusianya.
Inklusivitas, Solidaritas, dan Tantangan
Gerbang Baru Nusantara berlandaskan nilai inklusivitas dan solidaritas. Pembangunan merata, memastikan tidak ada daerah tertinggal. Program pemberdayaan masyarakat, pengentasan kemiskinan, dan peningkatan layanan dasar menjadi bagian integral. Partisipasi masyarakat dalam perencanaan menciptakan rasa kepemilikan dan tanggung jawab bersama.
Tantangan tentu ada. Persaingan antarwilayah, perubahan rantai pasok global, dan ketidakpastian ekonomi dunia menuntut adaptasi cepat. Jawa Timur harus terus berinovasi, memperkuat konektivitas transportasi, dan menjaga stabilitas sosial-politik. Semua elemen harus bergerak bersama agar tidak tertinggal.
Pada akhirnya, Jawa Timur adalah jembatan yang menghubungkan nilai-nilai historis dengan masa depan Indonesia. Ia menjadi bukti bahwa kemajuan tidak harus menanggalkan identitas. Gerbang Baru Nusantara bukan sekadar slogan, melainkan janji bahwa Jawa Timur akan terus menjadi simpul persatuan nasional, menjaga harmonisasi, inklusivitas, dan solidaritas antardaerah. Dengan sejarah yang agung, budaya yang kokoh, dan ekonomi yang dinamis, Jawa Timur siap memimpin Indonesia menuju masa depan yang lebih maju, terintegrasi, dan berdaulat.[*]