
Siswa SMAN 1 Montong Corat-Coret Dinding Sekolah? Apa Sebabnya?
SMAN 1 Montong, (6/11) | SMAN 1 Montong baru-baru ini meluncurkan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) bertajuk “Bangunlah Jiwa Ragaku,” yang bertujuan memberikan ruang bagi siswa untuk menyuarakan aspirasi tentang pencegahan bullying. Melalui tema ini, siswa diajak menuangkan ide mereka dalam bentuk kampanye anti-bullying yang diwujudkan dengan karya mural di tembok sekolah. Kegiatan ini memberi kesempatan kepada seluruh siswa untuk mengekspresikan kreativitas, pendapat, dan visi mereka mengenai pentingnya menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan saling menghargai.
Dalam proyek ini, setiap siswa didorong untuk berpartisipasi secara aktif dengan mengedepankan pendekatan voice, choice, dan ownership. Siswa memiliki kebebasan untuk menyuarakan pendapat, memilih metode yang sesuai dengan minat mereka, dan merasa memiliki tanggung jawab terhadap karya yang mereka hasilkan. Kepala SMAN 1 Montong, Evi Aviyah, mengungkapkan rasa bangganya atas keterlibatan siswa dalam proyek ini. Menurutnya, “Sekolah memberikan ruang kepada siswa untuk berekspresi, sekaligus sebagai media pembelajaran bagi mereka tentang pentingnya sikap saling menghormati dan menghargai.”
Kampanye anti-bullying ini diwujudkan melalui mural yang dilukis di tembok pagar sekolah, yang telah disiapkan khusus oleh pihak sekolah sebagai “ruang ekspresi.” Di sini, siswa bebas mencurahkan ide dan kreativitas mereka untuk menyampaikan pesan-pesan anti-bullying. Lebih dari 20 karya mural berhasil dibuat, menggambarkan berbagai pesan inspiratif mengenai pentingnya toleransi, menghormati perbedaan, dan menjaga sikap saling menghargai antar sesama siswa.
Pada tahap perencanaan, siswa diberi kesempatan untuk merenungkan permasalahan yang ingin mereka sampaikan melalui mural. Setelah itu, mereka bekerja sama dalam merencanakan desain mural, memilih warna, dan menyusun sketsa yang sesuai dengan tema anti-bullying. Tahapan ini memberikan pengalaman bagi siswa tentang pentingnya kolaborasi dan gotong royong dalam berkarya. Proses ini juga diiringi dengan sesi refleksi dan umpan balik dari fasilitator dan guru pendamping, yang mendampingi siswa selama proyek berlangsung.
Salah satu siswa yang berpartisipasi, Wahyu Kusumaningrum dari kelas X-E1, mengaku sangat antusias bisa ikut dalam proyek mural ini. “Senang sekali bisa menuangkan ide dan belajar tentang cara mencampur warna. Walaupun capek, mencampur pigmen warna itu menantang dan seru,” ujar Wahyu yang akrab disapa Arum. Ia juga mengungkapkan bahwa kegiatan ini bukan hanya memberikan pengalaman baru, tetapi juga mengasah keterampilan seni dan kreativitas yang jarang ditemuinya di kelas.
Puji Rochmawati, guru sekaligus fasilitator yang membimbing siswa dalam kegiatan ini, menjelaskan bahwa projek ini memberikan kesempatan bagi siswa untuk belajar tentang kolaborasi, mulai dari perencanaan hingga presentasi karya. “Anak-anak belajar bagaimana bekerja sama dan berbagi ide dengan teman-teman mereka. Di akhir proyek, karya mural ini akan dinilai oleh para juri dan diapresiasi oleh pihak sekolah sebagai bentuk penghargaan atas usaha dan kerja keras mereka,” ujarnya.
Lebih jauh, Evi Aviyah menyampaikan bahwa kegiatan ini bukan sekadar bentuk kampanye anti-bullying, tetapi juga merupakan upaya sekolah dalam membangun karakter siswa. Menurutnya, kegiatan mural ini mengajarkan pentingnya nilai-nilai Pancasila, terutama dalam hal toleransi dan gotong royong. “Melalui karya mural ini, kami berharap siswa dapat memahami betapa pentingnya untuk saling menghormati dan menjaga sikap toleran di lingkungan sekolah,” tambahnya.
Keberhasilan projek ini menandakan keseriusan SMAN 1 Montong dalam memberikan pendidikan yang mengutamakan pengembangan karakter dan penguatan nilai-nilai Pancasila di kalangan siswa. Selain itu, kegiatan ini juga mencerminkan komitmen sekolah dalam menyediakan wadah yang aman bagi siswa untuk berkreasi dan menyuarakan aspirasi mereka, terutama mengenai isu-isu yang relevan seperti bullying. Sekolah berharap, dengan adanya kampanye ini, siswa dapat semakin memahami dan mengamalkan nilai-nilai positif yang mereka wujudkan dalam karya mural, sehingga mampu menciptakan lingkungan sekolah yang lebih harmonis dan inklusif.[js]